Menurut
Dr. Hasannudin Atjo yang biasa dipanggil Atjo, terdapat 5 (lima ) hal yang harus di mengerti dan
dilaksanakan secara konsisten dalam mengimplementasikan budidaya sistem Supra
Intensif, yaitu:
·
Pemilihan
Benih yang berkualitas.
Memilih
supplier yang memiliki benih yang berkualitas dengan cara mempelajari Standar
Operation Procedure (SOP) yang dilakukan dengan konsisten, karena dengan SOP
yang benar akan dapat mengetahui asal usul induk dan adanya pencatatan mengenai
benih Sejak masih berupa nauplius sampai menjadi PL (Post Larvae), PL10- PL 12
(usia 20 hari sejak menetas) serta menseleksi benih dengan metodologi
kuantitatif untuk dilakukan pengetesan nilai mutu di laboratorium milik
pemerintah atau lembaga yang terakreditasi.
·
Kesehatan
udang dan lingkungan sekitar.
Kesehatan
udang selama pemeliharaan adalah sangat penting, karena penyebab penyakit
adalah patogen (organisme seperti Bakteri, Parasit, Cendawan serta Virus). Dan
agar udang tidak mudah terserang penyakit, lingkungan budidaya udang harus dibuat
nyaman sehingga udang tidak stress. Karena jika dirumuskan menjadi rumus
matematika maka
Penyakit =
udang+Patogen+ (lingkungan kuardrat)
Jadi pengendalian lingkungan termasuk pengendalian bahan organik sangatlah berperan, karena selain membuat udang merasa nyaman, pengendalian lingkungan juga mengendalikan berkembangnya Patogen.
a.
Bahan Organik
Perlu
diketahui bahwa bahan organik dapat bersumber dari:
-
media air dari laut, sehingga pengendapan dan filtersisasi sangat diperlukan.
- Sisa pakan yang tertimbun didasar tambak, ini biasa terjadi karena pemberian pakan yang berlebihan, oleh karena itu jadwal dan jumlah pemberian pakan harus terprogram, serta mengunakan pakan yang berkualitas baik sehingga tidak mudah larut dalam air.
- Sisa pakan yang tertimbun didasar tambak, ini biasa terjadi karena pemberian pakan yang berlebihan, oleh karena itu jadwal dan jumlah pemberian pakan harus terprogram, serta mengunakan pakan yang berkualitas baik sehingga tidak mudah larut dalam air.
-
Bangkai udang dan plankton mati yang mengendap didasar kolam.
- Fases atau kotoran udang yang dapat mencapai 30% dari pakan yang termakan.
- Fases atau kotoran udang yang dapat mencapai 30% dari pakan yang termakan.
Bahan-bahan organik harus diminimalkan agar tidak menjadi H2S (asam belerang) dan NH3 (amoniak) yang dapat meracuni udang serta dapat menjadi media bagi Patogen untuk berkembang. Perlu diperhatikan bahwa pemberian bakteri bioflok dapat menyebabkan perebutan oksigen antara udang dan bakteri bioflok.
b.
Temperatur harus stabil antara siang dan malam dengan maksimal perbedaan 1,5ºC.
agar udang tidak stress dan metabolismenya terjaga.
c.
Membuat media budidaya menjadi homogen atau kondisi media air sama
diseluruh kolam, sehingga tidak terjadi penumpukan udang di titik-titik
tertentu dan udang dapat menempati kolam secara merata.
·
Penerapan
teknologi
Seperti
yang telah diuraikan pada point 2, teknologi sangatlah berperan penting sebagai
pengendalian lingkungan untuk menimbulkan rasa nyaman untuk udang.
a. Bahan Organik tidak boleh lebih dari 100 ppm.
Untuk
menjaga agar bahan organik tetap dibawah 100 ppm, maka pembuangan
limbah organik padat harus dilakukan setiap enam jam, secara mekanis
melalui sistem central drain serta pengantian air sebanyak 5%-10% secara
periodik dilakukan setiap hari untuk membantu mengurangi kadar bahan
organik dan Zat beracun yang terlarut didalam air.Limbah padat ini dapat
diproses untuk menjadi bahan baku kompos.
b.
Kadar Oksigen minimal 3 ppm dengan catatan yang perlu diperhatikan
adalah kebutuhan oksigen untuk udang sebesar 70% atau sebesar 2,1 ppm.
Dengan
berkurangnya bahan organik padat maka secara otomatis konsentrasi
bakteri bioflok juga akan berkurang sehingga porsi kadar oksigen akan
lebih banyak untuk udang. Serta untuk meningkatkan kadar Oksigen didalam
air, maka pengunaan kincir air dengan kombinasi blower dan turbo jet
adalah mutlak dilakukan.
c.
Temperatur harus dijaga dalam kisaran 29º C- 30,5ºC.
Blower juga berfungsi untuk menstabilkan temperatur didalam kolam, agar temperatur siang dan malam tidak terselisih lebih dari 1,5º C.
Blower juga berfungsi untuk menstabilkan temperatur didalam kolam, agar temperatur siang dan malam tidak terselisih lebih dari 1,5º C.
·
Sarana
dan prasarana yang terstandarisasi
Untuk
dapat berhasil menjalankan sistem supra intensif, maka konstruksi tambak harus
mengikuti standarnya, yaitu:
a. Luasan tambak berkisar antara 400 m2-1600 m2 dengan kedalaman 2,5 m-3m dapat berbentuk segi empat ataupun lingkaran.
b.
Bagian dalam dan dasar tambak harus dilapisi beton atau plastik khusus High
Density Polyethylene (HDPE) dengan ketebalan 0,7-1mm, agar tidak terjadi
rembesan dari luar kolam, serta untuk mempermudah memutar air yang
bertujuan untuk memusatkan bahan organik dengan sempurna ke Central Drain.
c.
Standar Kincir, blower dan Turbo jet adalah 2 HP/ton biomassa udang. Dan
sebagai acuan biomassa adalah per 1.000 m2 tambak dengan kedalaman 3 m
dapat menampung 10 ton biomassa udang. Sehingga untuk tambak 1.000 m2
dengan kedalaman 3 m dibutuhkan energi sebesar 20 HP dan jika biomassa
udang sudah hampir mencapai 10 ton, maka pemanenan partial wajib dilakukan.
Dalam setiap siklus budidaya biasa dilakukan panen partial sebanyak 3-4
kali.
·
Manajemen
modern.
Manajemen
berbasis teknologi harus diterapkan dalam sistem budidaya supra intensif
untuk mengendalikan resiko yang dapat terjadi, antara lain:
a. Genset Otomatis, yang dapat berjalan secara otomatis pada saat terjadi pemadaman listrik dari PLN.
b. Automatic Feeder, pemberian
pakan secara otomatis dan terprogram baik frekwensi pemberian pakan dan
jumlah pakan yang diberikan dengan dilontarkan dalam sehari-semalam. Dengan
mengunakan Automatic Feeder, maka nilai konversi pakan (FCR) dapat di
tekan hingga mencapai kisaran 1,34 yang artinya 1,34 kg pakan dibutuhkan untuk
menghasilkan1 kg udang.
c. Alat-alat ukur digital,
untuk mengukur kualitas air seperti tingkat keasaman (PH), kadar oksigen,
dan kadar amoniak secara berkala.
Dalam pengendalian limbah pada
tambak supra intensif, seperti telah disebutkan diatas, bahwa limbah padat
dapat diolah untuk menjadi bahan baku
ikan nila dan kompos. Sedangkan air limbah dapat dialirkan ke tambak berisi
ikan bandeng, rumput laut jenis gracillaria dan kerang-kerangan. Jadi
pembudidayaan udang dengan sistem Supra Intensif sangat disarankan untuk
memfasilitasi tambaknya dengan pengelolahan limbah (IPAL) agar menjadi tambak
Supra Intensif berbasis BLUE ECONOMY.
0 comments:
Post a Comment
Mohon Saran dan Kritik yang membangun, terima kasih ...