I.
Pendahuluan
1.1 Perkembangan
Budidaya Udang Indonesia
Beberapa
jenis plankton yang kurang menguntungkan seperti Blue Green Algae (Oscillatoria, Microcystis, Anabaena,
Phormidium), Euglenphyta (Euglena)
dan Dinoflagellata (Gonyaulax, Alexandrium, Prorocentrum, Gymnodinium,
Gyrodinium, Peridinium, Amphidinium) juga eningkat populasinya.
Demikian
juga beberapa jenis bakteri patogen terutama Vibrio seperti V. Parahemolyticus,
V. Harveyi, V.alginolyticus, Pseudomonas dan lain-lain. Daya dukung kolam
ditandai dengan makin rendahnya produktifitas kolam, perlambatan pertumbuhan
dan ketidakstabilan warna air. Berkembangnya penyakit udang akibat pengaruh
gabungan dari penurunan mutu induk, benur serta mutu perairan dan daya dukung
kolam. Penyakit Myo dan WSSV merupakan ancaman serius untuk saat ini di sentra
produksi udang.
Budidaya Udang Vannamei Kolam Bundar - Secaba Farm |
1.2
Kegagalan Budidaya Akibat
Penurunan Kualitas Lingkungan dan Serangan Penyakit)
Limbah
tambak juga turut memperparah penurunan kualitas air laut. Akibatnya terjadi
penyuburan di air laut (organik tinggi, N dan P tinggi) sehingga memacu
perkembangan plankton dan bakteri baik yang bersifat merugikan. Antara lain
semakin meningkatnya populasi Blue Green Algae dan Inoflagellata. Perkembangan
populasi bakteri Vibro yang terus meningkat. Hal ini akan berakibat menimbulkan
strees pada udang, kekebalan udang menurun, dan mudah terserang penyakit.Adanya
penurunan kualitas air laut dan berkembangnya bakteri pathogen menimbulkan
resiko masuknya bibit penyakit bila mengambil laut secara langsung tanpa
melalui tandon dan sterilisasi. Serangan penyakit yang menyebabkan hancurnya
pertambakan udang antara lain:
-
Serangan
penyakit Vibriosis, kunang kunang disebabkanVibrio
harveyi pada tahun 1990 – 1995
-
Serangan
virus MBV tahun 1989 – 1995
-
Serangan
virus Yellow Head tahun 1993 di beberapa
daerah
-
Serangan
virus WSSV mualai tahun 1995
-
Serangan
virus Taura(TSV) mualai tahun 2003
-
Serangan
virus IMN mulai tahun 2006
-
Diduga
ada serangan virus LvNV(dulu PvNV) mulai 2008. Dugaan ini muncul akibat adanya
serangan penyakit yang sangat mirip dengan IMN tetapi hasil analisis dengan PCR
menunjukan bahwa sample udang negatif IMN.Untuk itu, perlu dilakukan upaya
mengurangi air masuk dari luar secara langsung,
air baru yang di ambil harus di sterilkan dan ditampung dalam reservoir.
1.3
Pilihan Teknologi
Budidaya
Penerapan
sistem sedikit atau tanpa ganti air memiiki resiko antara lain terjadi
penumpukan bahan organik didasar tambak, terjadi penumpukan ammonia di dalam
lingkungan tambak, perkembangan populasi plankton yang cepat pekat (over –bloom
) dan terjadi kematian plankton, aktifitas perombakan bahan organik tinggi
sehingga kebutuhan oksigen menjadi tinggi, berkembangnya populasi bakteri baik
yang pathogen maupun non pathogen serta semakin besarnya kemungkinan udang
menjadi stres dan bermasalah.
Antisipasi
terhadap penurunan kualitas lingkungan antara lain menggunakan pakan yang
berkualitas, pengelolaan pakan yang tepat, tambahan aerasi yang cukup
menggunakan probiotik untuk mengurangi bahan organik, menurunkan amonia,
dominasi bakteri menguntungkan dan menekan bakteri yang merugikan. Serta bahan
lain yang dapat meningkatkan kualitas air dan dasar tambak. Sedangkan
antisipasi terhadap kondisi kesehatan udang dapat dilakukan dengan memberrikan
vitamin (terutama vitamin C dan E) untuk anti stres dan meningkatkan kekebalan,
menggunakan immunostimulant untuk meningkatkan kekebalan udang terhadap
serangan penyakit, selalau memantau kondisi kesehatan dan pertumbuhan udang,
dan berusaha menghindari terjadinya stres akibat penanganan yang salah
(sampling, kontrol, anco, panen parsial).
1.4
Kiat Sukses Budidaya
Udang Vaname
Kiat sukses usaha budidaya udang
vaname ada 7 jurus menurut DR. Made L. Nurjana yaitu:
1.
Carrying
capacity
2.
Self
Purifying Capacity
3.
Careful
with medicine
4.
Kontruksi
tambak yang benar
0 comments:
Post a Comment
Mohon Saran dan Kritik yang membangun, terima kasih ...