10.25.2016

SUKSES BUDIDAYA UDANG VANNAMEI SISTEM BIOFLOC : MENERAPKAN TEKNOLOGI BIOFLOC (PANDUAN PEMBUATAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)

4. BUDIDAYA UDANG VANAMEI SECARA INTENSIF DENGAN 4. 4. 4. 4.         MENERAPKAN TEKNOLOGI BIOFLOC


PANDUAN PEMBUATAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


4.1.      PERSIAPAN TAMBAK
4.1.1.   Pembersihan Tambak
Setelah selesai panen, tambak segera dibersihkan dari sampah – sampah, bangkai udang dan lain-lain. Kuburkan atau bakar bangkai udang, bila ada.Peralatan : kincir dan aerator lainnya, anco, skala meteran dan atribut tambak diangkat dari tambak dan dibersihkan. Bila perlu setelah dibersihkan disterilkan dengan kaporite 100 ppm.Bersihkan lumpur yang ada dan buang di tempat penampungan limbah padat (lumpur).
4.1.2.   Perbaikan Tambak
Perbaiki bagian tambak yang ada kerusakan. Bagian dasar, pematang / tanggul, dan saluran (baik in let maupun out let) serta pintu pemasukan maupun pintu panen dan pembuangan tengah.
4.1.3.   Pencucian dan Sterilisasi
Tambak dicuci dengan menggunakan air laut atau air bersih yang ada dengan cara disemprot dengan pompa 2 in sampai dasar dan pematang benar-benar bersih. Setelah tambak benar-benar bersih, dilanjutkan sterilisasi tambak menggunakan kaporite 200 ppm untuk membersihkan bakteri dan spora yang menempel pada plastik atau semen, dengan cara disemprot saat menjelang matahari terbenam (sore hari) agar tidak cepat menguap karena panas matahari. Setelah itu tambak diistirahatkan selama 2 hari.Waktu yang diperlukan : pembersihan tambak 1 hari, pembersihan lumpur 3 hari, perbaikan tambak 2 hari, pencucian dan sterilisasi 3 hari. Total 9 hari.
*) Pengeringan dan pengapuran tidak ada karena bukan tambak tanah tetapi tambak plastik atau semen.
4.1.4.   Pemasangan peralatan
Setelah tambak dalam keadaan bersih dan steril, tambak siap dioperasikan kembali. Peralatan dan perlengkapan tambak seperti aerator (kincir, turbo, supercharge dan perlengkapannya), atribut tambak, skala meteran, screen (waring) dipasang kembali seperti semula.
4.2.      PERSIAPAN AIR
4.2.1.   Pengisian Air
Masukan air laut dan air sumur bor ke dalam tambak melalui filter rangkap. Isi tambak hingga 1,2 meter.
4.2.2.   Sterilisasi
Sterilisasi air tambak dengan kaporite 30 ppm dan operasikan selama 3-5 jam untuk meratakan kaporit dalam air tambak. Bila ada ikan atau organisme lainnya yang mati segera ambil dan kuburkan atau musnahkan. Setelah itu biarkan 1 minggu.
4.2.3.   Pemupukan
Pada hari ke-7 dilakukan pemupukan untuk mempercepat / memacu pertumbuhan phytoplankton. Phytoplankton yang diharapkan adalah dari green algae atau diatom. Lebih baik bila diberi inokulan plankton hasil kultur (misalnya Chlorella dengan Chaetoceros atau Chlorella dengan Skeletonema). Dipilih 2 kelompok phytoplankton tersebut, karena green algae memiliki kualitas air yang stabil dalam jangka waktu yang lama sedangkan diatom memberi pengaruh terhadap pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk harus dilakukan pemupukan dengan komposisi yang sesuai.
Jenis pupuk yang diberikan adalah NPK, Amonium Sulfat atau ZA, SP-36 dan silikat. Komposisi pupuk diusahakan memiliki nilai perbandingan N/P ratio 20-30 : 1. Tidak disarankan menggunakan pupuk urea. Bila menggunakan pupuk ZA dan SP-36 maka komposisinya adalah ZA 57,5 kg dan SP-36 3,25 kg per hektar dengan nilai N/P ratio 23 : 1. Karena SP-36 yang dapat digunakan 24% maka jumlahnya ditambah menjadi 2,2 kg per hektar. Sedangkan silikat (Na2SiO3) yang diberikan sekitar 0,5 ppm atau 6 liter per hektar.
4.2.4.   pemberian starter biofloc (Proboitik)
Untuk mempercepat tumbuhnya biofloc di dalam tambak maka perlu diberi starter. Starter floc dapat dibuat dengan cara mengkultur bakteri pembentuk floc. Sasal satu jenis bakteri pembentuk floc adalah Bacillus subtilis. Banyak pilihan probiotik yang kandungan jenis bakterinya adalah Bacillus subtilis yang beredar di pasaran bebas. Probiotik yang mengandung Bacillus subtilis (salah satu jenis bakteri yang terkandung dalam produk) dikembangkan dengan media tertentu yang dapat mengembangbiakkan bakteri heterotrof.
Salah satu contoh komposisi media yang digunakan untuk mengembangbiakkan Bacillus (oleh Fajril Kirom, praktisi tambak dari Sumbawa) adalah tepung beras / tepung terigu 2 kg, tepung ikan 2 kg, molase 3 liter, bibit (Bacillus subtilis) untuk starter 4 liter, fermepan (yeast)100 gr, air steril 180 liter. Bahan-bahan seperti tepung beras/tepung terigu, tepung ikan, molase direbus terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengembangkan bakteri. Selanjutnya bahan yang sudah durebus dengan air steril sebanyak 180 liter didalam wadah fermentasi kemudian diaerasi. Bila suhunya ≤ 45 °C yeast dan starter bakteri (probiotik komersial) dimasukkan dan diaerasi 2 hari. Pemberian aerasi (bakteri kultur) diberikan sebanyak 5 ppm setiap hari.
Pembibitan Bioflocs secara kecil dilakukan secara in door, dalam wadah fermentasi tertentu baik didalam drum atau bak fiber. Ke dalam air bersih (tawar atau asin) ditambahkan pakan udang dengan konsentrasi 1%, berikut 1% nutrien bakteri yang berupa campuran buffer pH, osmoregulator berupa garam isotonik, vitamin B1, B6, B12, hormon pembelahan sel dan precursor aktif yang merangsang bakteri untuk mengeluarkan secara intensif enzim, metabolit sekunder dan bakteriosin selama fermentasi berlangsung (nutrien Bacillus sp.) serta bibit bakteri baik dari isolat lokal atau bakteri produk komersial berbasis Bacillus sp. yang pasti diketahui mengandung paling tidakBacillus subtilis, sebagai salah satu bakteri pembentuk bioflocs. Campuran diaerasi dan diaduk selama 24-48 jam, diusahakan pH bertahan antara 6,0-7,2 sehingga bacillus tetap pada fase vegetatifnya, bukan dalam bentuk spora dan PHA tidak terhidrolisis oleh asam, sehingga ukuran partikel bioflocs yang dihasilkan berukurab besar, paling tidak berukuran sekitar 100 µm (Aiyushirota).
4.2.5.   Pemberian molase
Untuk mempercepat perkembangan floc dalam tambak maka perlu tambahan karbon organik karena pemberian pakan saat awal budidaya masih sangat sedikit. Sumber karbon yang dapat digunakan adlah molase, tepung terigu atau tepung tapioka. Pemberian molase sebagai sumber karbon untuk bakteri pembentuk floc diberikan dengan dosis 50 liter per ha (setara 5 ppm) tiap minggu 2 kali pemberian.
4.3.      PEMILIHAN BENUR
Benur yang baik sangat menentukan keberhasilan dalam budidaya. Oleh karena itu, pemilihan benur yang bermutu harus dilakukan oleh petambak. Untuk mendapatkan benur yang baik dapat dilakukan dengan penilaian terhadap benur. Penilaian meliputi penilaiaan (pengamatan) secara visual,stress test,mikrokopis,mikrobiologi dan PCR.
Sebagai syarat utama benur yang diambil secara visual harus rata, aktif/melawan arus,usus penuh,hepatopanceras berisi makanan, penampakan tubuh bersih ,bentuk tubuh lurus (tidak ada bengkok), antena tidak membuka. Bebas vibrio harveyi (luminescence) dan bakteri berbahaya, bebas parasite serta penyakit lainya. Dan yang paling penting harus bebas virus WSSV, TSV, IMNV dan IHHNV yang disertai dengan sertifikat bebas virus tersebut.
Disampng bebas penyakit seebaimana disyatkan diatas, benur juga harus tahan terhadap goncangan lingkungan  yang dapata diketahui dari hasil strees test terhadap bahan kimia tertentu (formaline) atau salinitas.
4.4.      PEMILIHAN BENUR
Dalam pengangkatan benur, ada beberapa hal yang harus diperhatikan . pertama , jarak tempuh dan lamanya dalam transportasi. Kedua, sarana transportasi yang digunakan (melalui udara atau darat). Ketiga, ukuran PL. Keempat, waktu pengangkutan.Keempat hal tersebut harus dipertimbangkan dengan matang untuk menentukan jumlah benur yang bisa tertampung dalam kemasan kantong plastik, serta perlu tidaknya penurunan suhu dalam kemasan. Dalam hal ini, petambak harus ikut berperan aktif menentukan cara pengangangkutan yang baik agar kondisi benur tetap prima ketika diterima ditmbak dan harapannya SR nya bisa tinggi. Untuk itu, waktu yang baik untuk pengangkutan malam hari maka tidak perlu penurunan suhu. Bila jarak tempuhnya jauh atau waktu perjalanya lama maka penurunan suhu dan pengurangan kepadatan benur dalam kemasan harus dipertimbangkan. Terlebih lagi bila menggunakan angkuta udara yang biayanya cukup tinggi maka kepadatan dan penurunan suhu serta ukuran PL yang lebih kecil mutlak dilakukan.
Penebaran benih dilakukan saat instensitas sinar matahati rendah (saat matahari terbenam hingga pagi hari) dan cuaca terang ( tidak hujan). Benih dalam kantong plastik yang tertutup diapung-apungkan dalam air tambak selama kurang lebih 15 menit . kantung plastik diusahan terkupul disalah satu sisi atau pojo petakan tambak dengan cara memberikan pembatas berupa tali, kayu atau bambu.  Selanjutnya kantung plastik dibuka, diukur salinitas,suhu dan pH airnya dan dibandingkan dengan suhu,salinitas dan pH air tambak. Perbedaan suhu tida lebih daru 2oC, pH tidak lebih dari 0,5 dan salinitas tidak lebih dari promil. Selanjutnya air tambak dimasukkan sedikit dei sedikit hingga parameter mutu air (suhu,salinitas dan pH) dalam kantung hampir sama dengan mutu air tambak. Setelah itu, baru benur dikeluarkan dari kantung plastik (ditebar) atau dibiar benur keluar dengan sendirinya.
4.5.      PENGELOLAAN PAKAN
4.5.1. perkiraan kebutuhan pakan dan cara penyimpanan
 Setelah tambak tebar benur, maka kebutuhan pakan harus dihitung untuk mempermudah pemesanan pakan dan pengaturan stok digudang. Jumlah pakan yang harus dipesa harus didasarkan pada jumlah tebar benur, perkiraan size udang ketika penen, perkiraan survival rate  dan konversi pakan  atau FCR.
Misalnya benur 1.000.000 ekor, size saat panen yang dikehendaki 60 ekor per kg, survival rate 80% dan konversi pakan 1,4. Maka kebutuhan pakan secara keeluruhan adalah
=1.000.000 x 80% 1,4 : 60 = 18.667 kg
Selanjutnya dirinci berdasarkan kebutuhan pakan per nomor. Setidaknya ada 5 sampai 6 nomor pakan dengan bentuk, ukuran diameter maupun panjang pellet yang diginakan selama masa budidaya udang. Tiap pakan memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga bisa tidak sama kebutuhan tiap nomornya untuk merk pakan yang berbeda. Untuk itu, harus menggunakan acuan dari merk pakan masing-masing yang dibuat oleh pabrik yang memproduksinya.
Pakan harus sudah tersedia beberapa hari sebelum digunakan. Oleh karena itu, pemesanan harus disusaikan dengan kebutuhan. Pakan juga tidak boleh distok terlalu lama. Penyimpanan pakan paling lama hanya 1 bulan, tidak boleh menyimpan pakan lebih dari jangka waktu tersebut karena akan menurunkan mutu pakan. Demikian pula penempatan pakan dalam gudang. Pkan yang baru datang tidak boleh dicampur dengan pakan yang lama. Pakan yang lama harus dipakai atau dihabiskan lebih dahulu.
4.5.2 Pemberian pakan berdasarkan tabel
Pada saat awal baru tebar, benur masih sangat tergantung pakan alami yang ada di tambak. Oleh karena itu, penumbuhan phytoplankton terutama diatom sangat dibutuhkan untuk pakan alami udang. Akan lebih baik lagi bila dapat ditumbuhkan zooplankton atau yang biasa disebut kutu air (seperti rotifera, cladocera, dan copopoda).
Pakan dalam bentuk tepung diberikan menurut kebutuhan berdasarkan perhitungan matematik dan disajikan dalam tabel. Pemberian pakan berdasarkan perhitungan dilakukan hingga pakan di anco dapat di kontrol. Patokan yang digunakan biasanya hingga 1 bulan. Karena pemberian pakan berdasarkan tabel yang sudah ada maka disebut juga “blind feeding”.
4.5.3 Kontrol anco
Setelah udang mau naik di anco dan mau menghabiskan pakan di anco, maka pemberian pakan harus di dasarkan atas habisnya pakan yang diberikan di anco. Anco yang dipakai umumnya berbentuk persegi dengan ukuran 100 x 100 cm2 atau 80 x 80 cm2. Namun ada juga yang menggunakan anco berbentuk lingkaran dengan diameter 80 cm.
Jumlah pakan yang diberikan dalam anco serta jumlah anco dalam petakan tambakdidasarkan atas pengalaman dan uji coba dari para praktisi. Tambak dengan luasan 3000 – 5000 m2 biasanya menggunakan anco sebanyak 4 buah yang dipasangpada tiap sisi pematang. Untuk tambak yang luasan lebih dari 5000 – 8000 m2 jumlah anco yang digunakan 6 – 8 anco.
Bila udang telah mencapai ukuran 2 gram atau lebih, maka kebutuhan pakan per hari dapat dihitung berdasarkan perkiraan biomass udang, berat udang (MBW) serta perkiraan SR. Semakin besar ukuran udang maka kebutuhan pakan per berat tubuh udang semakin menurun. Kebutuhan pakan berdasarkan berat tubuh dinyatakan sebagai feeding rate.
4.5.4.   Pemberian pakan berdasarkan hasil cek anco dan pengamatan warna usus udang
Bila udang sudah dapat menghabiskan pakan di anco, maka pemberian pakan lebih di dasarkan atas habis / tidaknya pakan di anco. Bila pakan di anco cepat habis maka jumlah pakan yang diberikan berarti kurang dan harus ditambah. Bila pakan habis tetapi udang di anco sangat banyak berarti pakan baru saja habis dan belum perlu ditambah. Bila pakan masih ada maka pakan harus dikurangi / diturunkan.
Kadang-kadang ada kecenderungan pakan selalu habis ketika dikontrol meskipun prosentasenya ditambah. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi antara lain, posisi anco tidak tepat, arus terlalu kuat sehingga banyak yang kena arus, cara pemberian pakan di anco yang tidak benar (faktor SDM). Sebaliknya pakan di anci tidak pernah habis meski prosentase di turunkan padahal yang lain habis. Ada beberapa penyebab antara lain, kondisi dasar kotor banyak endapan lumpur, daerah mati tidak ada arus sehingga oksigen rendah, anco yang berbeda (anco baru), peletakan anco atau pemberian pakan di anco yang tidak tepat.
Kelemahan penggunaan anco sebagai acuan dalam pemberian pakan antara lain :
-       Ketika suhu lingkungan (air) mencapai 30°C atau lebih, pakan di anco cenderung cepat habis. Meskipun diikuti dengan menambahkan pakan secara berlebih. Sehingga FCR bisa tinggi bila tidak dikendalikan dengan baik. Hal ini disebabkan terjadi over feeding yang susah dikontrol.
-       Demikian juga pada saat suhu rendah atau udang terinfeksi penyakit. Pakan di anco cenderung tidak mau habis. Bila diikuti maka pertumbuhan udang akan lambat.hal i ni bisa terjadi karena pemberian pakan kurang (under feeding).
Pengamatan warna usus
Sebagai pembanding dapat dilakukan dengan memonitor terhadap usus udang. Udang yang makan pellet warna ususnya coklat/ coklat muda, sedangkan bila makan pakan alami (klekap, detritus) warna ususnya kehitaman. Bila warna usus berbeda artinya udang makan kedua-duanya. Dalam kasus, terdapat udang yang sebagian atau seluruh usus kosong, ada kemungkinan udang tersebut terinfeksi penyakit. Upaya meningkatkan efisiensi pakan merupakan hal yang sangat penting, karena dapat menekan biaya. Hampir 50% total biaya adalah untuk pakan.
Pengamatan warna usus bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian pakan berlebihan (over feeding) atau terlalu ketat (underfeeding). Pengamatan warna usus sebagai pembanding pada manajemen pakan untuk udang vannamei, telah dilakukan di China dengan menerapkan tabel yang telah dibuat oleh Universitas Katsersat. Caranya udang dijala dan diambil 100 ekor dari beberapa tempat, kemudian diamati warna isi ususnya sesuai dengan penjelasan di atas untuk waktu 1,1½, 2, 2½ jam setelah pemberian pakan dan 1 jam sebelum pakan berikutnya (Ching, 2011). Hasilnya, ternyata bisa meningkatkan efisiensi akan. Sedangkan standar untuk menentukan apakah pakan sudah sesuai, berlebih atau kurang dapat dilihat pada tabel 8.
4.5.5.   pergantian ukuran pakan
Pemberian pakan harus disesuaikan dengan ukuran udang. Butiran pakan harus sesuai dengan ukuran capit dan mulut udang. Bila butiran pakan terlalu besar, maka udang tidak bisa mengambil pakan. Sebaliknya bila ukuran pakan terlalu kecil maka waktu makan udang menjadi lebih lama. Oleh karena itu, saat tertentu harus dilakukan oplosan pakan saat akan mengganti ukuran pakan ke nomor (ukuran) yang lebih besar.
4.5.6.   Pemberian feed adiktif/ supplement
Untuk menjaga kondisi kesehatan udang agar selalu sehat dan tidak mudah terserang penyakit maka saat tertentu perlu ditambahkan feed supplement/ adiktif. Supplement yang sering ditambahkan melalui pakan antara lain: vitamin, immunostimulan dan probiotik.

4.5.7.   vitamin
Jenis vitamin yang ditambahkan pada pakan udang antara lain vitamin C, E, Vitamin B kompleks, multivitamin lengkap. Dosis pemberiannya bervariasi tergantung kandungannya dan keperluannya caranya, vitamin dilarutkan dengan air bersih baru kemudian dicampurkan pada pakan. Tunggu sebentar biar meresap. Vitamin C memiliki fungsi spesifik sebagai anti stres, sedangkan vitamin E dapat meningkatkan kesuburan dan daya tahan.
4.5.8.   immunostimulan
Pemberian immunostimulan bertujuan untuk merangsang kekebalan udang terhadap penyakit. Immunostimulan yang umum dipakai adalah derivat dari dinding sel bakteri dan ragi (Lipopolysaccharida, peptidoglycan, beta glucan, mannan). Masih sedikit yang memanfaatkan derivat di dinding sel algae (fucoidan). Dosisnya berbeda-beda tergantung jenisnya. Setiap perusahaan yang memproduksi immunostimulan memiliki aturan pemekaian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus ada aturan yang jelas, termasuk hasil uji cobanya. Ada dosisnya 1 gr/kg pakan dan ada yang 1-2 ml/kg pakan sedangkan waktu pemberian dilakukan di awal hingga menjelang panen, ada yang 1 minggu diberi 1 minggu tidak, ada yang tiap hari, ada yang selang 2 hari, dan lain-lain. Oleh karena itu, harus diperhatikan petunjuk yang ada pada kemasan atau brosur obat.Sebagian lagi dengan memanfaatkan seperti ekstrak herbal, meniran, kunyit, bawang putih, temulawak, kencur, mengkudu, dan lain-lain.
4.5.9.   lain-lain
Bahan lain yang dicampurkan melalui pakan antara lain minyak cumi, minyak ikan sebagai daya tarik (attractan), sekaligus sumber asam lemak tidak jenuh dan perekat.
4.5.10. penambahan karbon organik melalui pakan
Penggunaan karbon organik (tepung kanji), tetes atau grain pellet untuk menambah sumber karbon untuk meningkatkan nilai C/N ratio pakan.Pada umumnya pakan yang digunakan untuk budidaya yang menerapkan teknologi biofloc kandungan proteinnya berkisar 32-38 %. Hal ini sangat berpotensi menghasilkan amonia yang dilepas ke dalam air. Karbohidrat ditambahkan di dalam pakan dengan tujuan untuk mencegah/ menetralkan amonia. Jumlah karbohidrat (dengan kandunagn C 50 %) untuk kandungan protein 32-38 %.
4.5.11. floc sebagai makanan tambahan
Floc memiliki niali gizi yang cukup baik tetapi masih kurang lengkap. Oleh karena itu floc boleh dimanfaatkan sebagai makanan tambahan. Untuk memanfaatkan floc sebagai makanan dapat dilakukan dengan memotong jumlah pakan yang diberikan pada udang pada saat-saat floc dalam tambak cukup pekat. Dengan cara demikian maka penggunaan pakan lebih efisien.­

4.6.      PENGELOLAAN AIR DENGAN SISTEM FLOC
Sistem pengelolaan air dalam budidaya udang ada beberapa macam salah satunya adalah dengan sistem floc. Sistem ini merupakan pengembangan dari penerapan dari teknik pengolahan limbah yang biasa disebut “lumpur aktif”.sistem ini memiliki keuntungan antara lain, tidak perlu banyak ganti air (sedikit ganti air), tidak tergantung kondisi air di luar (biosecurity lebih ketat), tidak tergantung oleh cuaca (sinar matahari), dan teknologi ini ramah lingkungan (limbah didaur ulang menjadi makanan tambahan berupa floc). Beberapa perlakuan yang harus dilakukan untuk membentuk floc dan cara pemeliharaannya agar mutu air stabil.
4.6.1.   pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah mineral (zat hara) tertentu untuk kebutuhan pengembanagn plankton yang menguntungkan. Disamping itu, pemupukan juga diharapkan mengendalikan plankton merugikan (blue green algae, dinoflagellata) dan merangsang pengembangan bakteri pembentuk biofloc. Floc bakteri lebih menghendaki C/N ratio 12 (ideal 15-20). Sementara N/P rasio lebih dari 20. Green algae dan diatom menghendaki nilai N/P ratio 20-30 : 1. Bila N/P ratio kurang dari 10 maka blue green algae dan dinoflagellata akan mudah berkembangbiak. Beberapa jenis plankton tersebut bila P tinggi dan N rendah berarti N sebagai faktor pembatas, maka plankton tersebut akan menggunakan N dari udara. Jenis pupuk N yang digunakan sebaiknya dalam bentuk amonium misalnya ZA, NPK. Dosis dan caranya sudah diuraikan. Jangan gunakan urea untuk mencegah dominasi blue green algae. Sekali lagi, penggunaan urea untuk menambah unsur N tidak disarankan. Blue green algae (BGA) merupakan plankton yang menghasilkan enzyme urease sehingga dapat menggunakan urea secara langsung. Penggunaan pupuk urea dikhawatirkan akan merangsang perkembangan BGA di dalam air tambak.
4.6.2.   pemberian starter biofloc
Starter biofloc diberikan sejak persiapan air setiap pagi hari dengan dosis 5 ppm. Pembuatan starter biofloc yang berasal dari produk probiotik komersial yang dapat menghasilkan biofloc juga telah diuraikan di atas. Untuk menunjang perkembangan biofloc maka aerasi dan pengadukan harus cukup agar bahan organik teraduk dalam kolom air dan diurai oleh bakteri heterotrof aerob dan membentuk biofloc. Namun pembentukan biofloc perlu waktu yang cukup  karena pada awal budidaya pakan yang digunakan masih sedikit.
Pemberian starter biofloc dapat dikurangi dosis atau frekuensinya bila biofloc sudah cukup pekat. Bila biofloc sudah terbentuk maka pH air cenderung menurun atau lebih rendah  daripada pH air laut dan goncangan pH pagi-sore sangat rendah atau kurang dari 0,3. Kepekatan biofloc bila diukur dengan secchi dish kecerahannya berkisar 10-20 cm saja.


4.6.3. pemberian karbon organik
Pemberian karbon organik (molase, tepung terigu, tepung tapioka) berfungsi untuk meningkatkan total karbon organik yang dapat memacu pekembangan biofloc. Karbon organik molase dapat diberikan dengan dosis 5 ppm tiap 3 hari sekali untuk meningkatkan nilai C/N ratio dan memacu perkembangan mikroba termasuk bakteri pembentuk floc. Pemberian karbon organik molase disesuaikan dengan pH air, total organik karbon serta kandungan nitrogen anorganik (amonia, nitrit, nitrat). Pemberian karbon akan mempercepat perkembangbiakan bakteri sehingga CO2 dalam air meningkat dan pH, pH dan alkalinitas menurun. Pemantauan pH dan alkalinitas harus dilakukan secara rutin. pH dan alkalinitas yang rendah akan menyebabkan pembentukan kulit terhambat (lama).
4.6.4.   perlakuan kapur
Efek perkembangan biofloc adalah penurunan alkalinitas secara terus-menerus serta penurunan pH. Perlakuan pengapuran harus dilakukan secara rutin tergantung dari alkalinitas dan pH. Dosis pengapuran berkisar 10-20 ppm dan dilakukan tiap 7 hari sekali saat awal dan semakin sering (hingga 3 hari sekali) setelah udang mencapai 2 bulan atau lebih. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur tohor Ca(OH)2 yang terlebih dahulu dilarutkan dalam air, kemudian ditebar secara merata. Perlakuan dengan kapur tohor bila tujuannya untuk meningkatkan pH berkisar 10 ppm. Sedangkan jenis kapur yang digunakan untuk meningkatkan alkalinitas adalah kaptan (kapur pertanian) atau dolomite dengan dosis 10-15 ppm. pH air harus dijaga paling  rendah 6,8 dan sore 7 dan alkalinitas diusahakan lebih dari 60 ppm terutama setelah kolom air didominasi biofloc.
4.7.      PEMANTAUAN KONDISI KESEHATAN UDANG DAN LINGKUNGAN SERTA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Kejelian dalam memantau kondisi kesehatan udang  oleh para teknisi atau pembudidaya sangat diperlukan. Hal ini sangat penting kaitanya dengan adanya serangan penyakit dan cara penanggulangan. Bila terlambat mengetahui bahwa udang sudah terserang penyakit maka bisa berakibat fatal atau gagal produksi.
4.7.1 pemantauan kesehatan udang
Pemantauan kesehatan uadang dapat dilakukan secara langsung dilapangan maupun melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kondisi kesehatan udang secara langsung dilapangan meliputi :
-   Pemantauan terhadap nafsu makan udang-udang
Udang yang sehat memiliki nafsu makan yang kuat. Sebaliknya bila strees atau sakit maka nafsu makanya menurun. Bila nafsu makanya menurun harus diperiksa parameter mutu air (osigen, amonia, pH, plankton, suhu, bakteri vibrio, dll), serta ambil sample udang untuk diperiksa dilaboratorium. Kejadian moulting masal juga bisa meyebabkan nafsu makan menurun. Demikian juga perlakuan tertentu yang meyebabkan goncangan mutu air.
-   Pengamatan terhadap hepatopancreas maupun usus udang
Pengamatan kondisi hepatopancreas maupun udang biasanya dilakukan saat kontrol anco. Udang yang sehat hepatopancreas penuh dan ususnya berisi penuh sampai kebelakang. Pengamatan yang lebih baik adalah dengan menjala udang ditambak kira-kira 2-3 jam setelah pemberian pakan. Uadang yang tertangkao diamati hepatopancreas dan ususnya. Selanjutnya udang yang pencernaanya kosong atau berisi tapi sedikit dihitung prosentasenya.
-   Pengamatan terhadap kotoran udang
Udang yang sehat kotornya tebal dan panjang. Berwarna coklat atau kehitaman tergantung dari yang dimakan. sedangkan udang yang sakit atau ada gejala sakit kotoranya pendek, mudah hancur, atau keputih-putihan. Bila udang makan pelet, warna hepatopancreasnya kecoklatan. Sedangkan bila makan ditritus didasar warna akan kehitaman. Bila makan lumut atau blue green (Sprirulina) maka warnanya hijau dan bila makan cacing warnanya kemerahan. Kadang-kadang ditemukan kotoran udang yang berwarna pitih mengambang dipermukaan air. Ini biasanya kotoran udang yang sakit dan tidak mau makan.
-   Pengamatan terhadap kondisi tubuh udang
Pengamatan kondisi tubuh udang meliputi bagian permukaan tubuh udang. Udang yang sehat permukaan tubuhnya bersih, mengkilat dan licin. Sedang udang yang kurang sehat, tampak kusam, ada penempelan dan tidak bersih. Penampakan warna yang tidak normal sepaerti ada bercak hitam, bercak putih, warnanya kemerahan menunjukan bahwa udang ada masalah (kemungkinan terserang penyakit)
-   Serta tingkah laku udang ditambak
Sebagai hewan nocturnal maka udang aktif didasar atau keluar pada malam hari. Adanya udang yang berenang dipermukaan pada siang hari, atau menempel ditepi pematang menunjukan bahwa udang tidak sehat. Demikian juga bila udang konvoi (berenang dalam jumlah banyak) berarti udang dalam masalah. Sedangkan pemeriksaan kesehatan di laboratorium meliputi pemeriksaan parasit (ektocomensal), bakteri yang menempel di permukaan tubuh, kondisi insang udang (adanya protozoa) hepatopancreas udang (adanya vibrio terutama vibrio harveyi). Pemeriksaan PCR bila diperlukan.
4.7.2. sampling
Sampling adalah kegiatan rutin yang dilakukan dalam budidaya dengan cara menangkap udang sebagian untuk ditimbang dan diperiksa sehingga bisa mendapatkan gambaran kondisi udang didalam tambak yang meliputi pertumbuhan udang serta kondisi kesehatan udang.
4.7.3. pemantauan pertumbuhan
Untuk mengetahui pertumbuhan udang, maka udang di tangkap dengan jala kemudian dilakukan penimbangan, selanjutnya jumlah udang di hitung dan berat rata-rata udang dapat diketahui. Berat rata-rata udang dibandingkan dengan berat rata-rata pada sampling sebelumnya sehingga diketahui pertumbuhan rata-rata per hari  atau ADG (Average Daily Growth). Bila nilai ADG antara 0.17 – 0,2 gr per hari berarti cepat dan bila antara 0,13 – 0,15 berarti lambat dan bila kurang dari 0,12 berarti pertumbuhan jelek.
Udang yang sehat memiliki pertumbuhan yang baik yaitu 0,17 atau lebih. Tetapi udang yang kurang sehat atau kondisi lingkungannya yang kurang baik maka pertumbuhannya akan lambat.  Pertumbuhan yang lambat juga erat hubungannya dengan mutu pakan.
4.7.4. Pemantauan kesehatan secara visual
Udang yang tertangkap saat sampling, harus diamati kondisi tubuhnya, sebagaimana juga dilakukan saat pemantauan harian. Pengamatan terhadap kelincahan udang, dan perubahan warna akibat perlakuan sampling. Biasanya udang yang kurang sehat warnanya cepat menjadi pucat dan cepat menjadi kram pada beberapa ekor udang. Bila kekurangan oksigen atau dasar kotor kaki udang akan berwarna kemerahan dan warna daging udang akan cepat pucat (putih opaque). Bila bagian kulit udang (chitin) ada bercak atau garis-garis hitam yang biasa dinamakan scrath biasanya kandungan vibrio dalam air cukup tinggi.
4.7.5. Pemantauan kesehatan secara laboratorium
Disamping dilakukan pengamatan visual dilapangan maka beberapa ekor udang yang diduga ada masalah perlu dilakukan pengamatan secara laboratorium. Laboratorium mini sangat di perlukan dalam tambak udang. Terlebih lagi bila menerapkan teknologi biofloc. Pemeriksaan kesehatan udang yang dapat dilakukan dalam laboratorium mini antara lain:
-  Pengamatan bagian ingsang udang
-  Isi usus udang
-  Bagian hepatopancreas
-  Serta bagian kaki renang dan uropod (ekor udang)
Dari pengamatan terhadap ingsang, kaki dan ekor udang dapat diperoleh hasil seperti adanya perubahan warna (pigmentasi) menjadi kehitaman (melanisasi) atau kemerahan, organisme penempel/epicommensal (protozoa, jamur, algae, dan bakteri filament). Isi usus dan hepatopamcreas bisa diperoleh adanya kandungan vibrio (dengan media TCBS) atau baculovirus dengan pewarnaan MG dan diamati di bawah mikroskop.
4.7.6. Perlakuan
Perlakuan diberikan bila terdapat suatu masalah baik udang maupun lingkungannya. Perlakuan terhadap lingkungan (air dan dasar) dapat berupa perlakuan fisik ( Penambahan kincir, ganti air, sifon) ,perlakuan kimiawi (pengapuran, pemupukan, molase maupun desinfektan )serta perlakuan biologi dengan memberikan probiotik dan tranfer plankton yang menguntung. Semua perlakuan tersebut bertujuan untuk memperbaiki kondisi mutu air agar udang meliputi pemberian immonostimulant, vitamin, minyak cumi, probiotik, herbal (jamu) diberikan dengan tujuan untuk menjaga agar kondisi udang tetap sehat dan tidak mudah terserang penyakit.
Penggunaan segala jenis antibiotik telahdilarang karena akan berdampak pada mutu udang yang dihasilkan. Pemeriksaan antibiotik oleh pihak pembeli diluar negeri sangat ketat, yaitu dengan menggunakan alat yang disebut LC MS/MS yang dapat membaca kandungan antibiotik maupun residunya hingga  1 ppb ( atau 1 mg obat per ton udang). Oleh karena itu, menjaga esehatan udang jauh lebih penting dari pada mengobati
4.8.      PANEN UDANG
Pada umunya budidaya udang dilakukan hingga 4 bulan atau 120 hari. Namun demikian ada juga yang melakukan panen lebih dari 4 bulan dan ada pula yang kurang dari 4 bulan dengan alasan-alasan tertentu.
4.8.1. Penentuan panen
Panen udang dilakukan dengan pertimbangan umur (umurnya sudah mencapai 120 hari0, harga (kondisi harganya sesuai atau harga udang mau turun), size udang (size tertentu memiliki harga bagus), atau panen karena faktor penyakit (panen belum waktunya). Sebelum pelaksanaan panen, petambak harus mencari pembeli udang untuk negosiasi harga. Bila sudah ada kesempatan baru panen dilaksanakan. Waktunya ditentukan oleh pembeli.
4.8.2 Persiapan panen
Yang perlu disiapkan berkaitan dengan pelaksanakan penen udang antara lain :
-   Persiapan tenaga
Jumlah tenaga harus mencukupi, seimbang dengan jumlah tonase udang, jumlah tenaga panen harus sesuai dengan jumlah tenaga bagian sortir. Bila tenaga panen terlalu sedikit maka proses panen akan berjalan lambat dan mutu udang akan menurun. Sebaliknya bila tenaga panen mencukupi tetapi tenaga sortirnya kurang maka akan terjadi penumpukan udang yang sudah diangkat dari kolam, sehingga ada kemungkinan udang menjadi rusak karena keterlambatan penanganan.
-   Persiapan panen
Alat panen harus disiapkan, pastikan bahwa alat panen harus selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan. Peralatan yang digunakan untuk panen antara lain : alat tangkap (jala kurung/jaring kondom,jaring listrik atau mini trawl, jala lempar, sudu/sotok.dll), alat pengangkur (wadah drum plastik, keranjang, dan lain-lain),timbangan untuk menimbang udang dan tempat penampungan air bersih dan es. Sedang meja sortir, keranjang untuk sotir dan penimbangan , meja stainless steel, es serta kebutuhan untuk pengemasan dan pengangkutan biasanya dipenuhi oleh pihak pembeli.
-   Persiapan tempat penyortiran
Tempat sortir harus dibersihkan sebelum digunakan untuk kegiatan untuk kegiatan sortir/panen. Tempat sortir harus disemprot air sampai bersih kemudian disiram chlorine agar steril. Di biarkan kering dan menjelang digunakan dibilas lagia dengan air bersih.
-   Persiapan air bersih
Untuk pencucian udang hasil panen, perlu dilakukan dengan menggunakan  air bersih yang layak sebagai bahan baku air minum. Tidak mengandung logam berat (Cd, Hg, Pb, As), bahan pencemar (detergen, pestisida/insectisida), dll. Demiakian juga dengan mutu es nya. Bahan baku es nya harus layak sebagai bahan baku air minum.
-   Persiapan es, Transportasi, tenaga sorting dan packing
Pihak pembeli biasanya menyiapkan es untuk pengemasan udang berikut mobil truk untuk transportasi serta tenaga sortir dan packing.
4.8.3. Pelaksanaan panen
Pelaksanaan panen harus dilakukan saat cuaca tidak panas. Jadi sebaiknya mulai pada sore hari menjelang matahari tenggelam hingga pagi hari, karena udang akan cepat rusak. Mula-mula air dikurangi secukupnya. Udang yang tertangkap dimasukan ke dalam wadah kantong atau keranjang yang di beri tutup dan selanjutnya diangkut dan di bawa ke tempat sortir. Bila kostruksi tambaknya bagus maka udang akan habis bersamaan dengan habisnya air. Tetapi bila konstruksinya tidak bagus, air kolam dikeluarkan dengan menggunakan pompa. Bersamaan dengan itu, udang ditangkap dengan  menggunakan alat tangkap sudu, jala listrik, trawl, atau jala lempar hingga udang habis dan tambaknya kering.
4.8.4 penanganan udang

Udang yang diangkut dari tambak, sebaiknya di tempat sortir dilakukan pencucian dengan menggunakan air bersih. Udang dibersihkan dan dipisahkan dari kotoran selanjutnya dipisahkan antara udang yang baik, moulting undersize dan ditaruh dalam keranjang. Selanjutnya dilakukan penimbangan (dan penelupan obat). Dan udang langsung dimasukan dalam bak viber serta di beri es secukupnya.

0 comments:

Post a Comment

Mohon Saran dan Kritik yang membangun, terima kasih ...