4. BUDIDAYA UDANG VANAMEI SECARA INTENSIF DENGAN
4. 4. 4. 4. MENERAPKAN TEKNOLOGI
BIOFLOC
PANDUAN
PEMBUATAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
4.1. PERSIAPAN
TAMBAK
4.1.1. Pembersihan Tambak
Setelah selesai panen,
tambak segera dibersihkan dari sampah – sampah, bangkai udang dan lain-lain.
Kuburkan atau bakar bangkai udang, bila ada.Peralatan : kincir dan aerator
lainnya, anco, skala meteran dan atribut tambak diangkat dari tambak dan
dibersihkan. Bila perlu setelah dibersihkan disterilkan dengan kaporite 100
ppm.Bersihkan lumpur yang ada dan buang di tempat penampungan limbah padat
(lumpur).
4.1.2. Perbaikan Tambak
Perbaiki bagian tambak
yang ada kerusakan. Bagian dasar, pematang / tanggul, dan saluran (baik in let
maupun out let) serta pintu pemasukan maupun pintu panen dan pembuangan tengah.
4.1.3. Pencucian dan Sterilisasi
Tambak dicuci dengan
menggunakan air laut atau air bersih yang ada dengan cara disemprot dengan
pompa 2 in sampai dasar dan pematang benar-benar bersih. Setelah tambak
benar-benar bersih, dilanjutkan sterilisasi tambak menggunakan kaporite 200 ppm
untuk membersihkan bakteri dan spora yang menempel pada plastik atau semen,
dengan cara disemprot saat menjelang matahari terbenam (sore hari) agar tidak
cepat menguap karena panas matahari. Setelah itu tambak diistirahatkan selama 2
hari.Waktu yang diperlukan : pembersihan tambak 1 hari, pembersihan lumpur 3
hari, perbaikan tambak 2 hari, pencucian dan sterilisasi 3 hari. Total 9 hari.
*) Pengeringan dan pengapuran tidak ada karena bukan tambak tanah tetapi
tambak plastik atau semen.
4.1.4. Pemasangan peralatan
Setelah tambak dalam
keadaan bersih dan steril, tambak siap dioperasikan kembali. Peralatan dan
perlengkapan tambak seperti aerator (kincir, turbo, supercharge dan
perlengkapannya), atribut tambak, skala meteran, screen (waring) dipasang
kembali seperti semula.
4.2. PERSIAPAN
AIR
4.2.1. Pengisian Air
Masukan air laut dan air
sumur bor ke dalam tambak melalui filter rangkap. Isi tambak hingga 1,2 meter.
4.2.2. Sterilisasi
Sterilisasi
air tambak dengan kaporite 30 ppm dan operasikan selama 3-5 jam untuk meratakan
kaporit dalam air tambak. Bila ada ikan atau organisme lainnya yang mati segera
ambil dan kuburkan atau musnahkan. Setelah itu biarkan 1 minggu.
4.2.3. Pemupukan
Pada hari ke-7 dilakukan
pemupukan untuk mempercepat / memacu pertumbuhan phytoplankton. Phytoplankton yang diharapkan adalah dari green
algae atau diatom. Lebih baik bila diberi inokulan plankton hasil kultur
(misalnya Chlorella dengan Chaetoceros atau Chlorella dengan Skeletonema).
Dipilih 2 kelompok phytoplankton tersebut, karena green algae memiliki kualitas
air yang stabil dalam jangka waktu yang lama sedangkan diatom memberi pengaruh
terhadap pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk harus dilakukan pemupukan dengan
komposisi yang sesuai.
Jenis pupuk yang
diberikan adalah NPK, Amonium Sulfat atau ZA, SP-36 dan silikat. Komposisi
pupuk diusahakan memiliki nilai perbandingan N/P ratio 20-30 : 1. Tidak
disarankan menggunakan pupuk urea. Bila menggunakan pupuk ZA dan SP-36 maka
komposisinya adalah ZA 57,5 kg dan SP-36 3,25 kg per hektar dengan nilai N/P
ratio 23 : 1. Karena SP-36 yang dapat digunakan 24% maka jumlahnya ditambah
menjadi 2,2 kg per hektar. Sedangkan silikat (Na2SiO3)
yang diberikan sekitar 0,5 ppm atau 6 liter per hektar.
4.2.4. pemberian starter biofloc (Proboitik)
Untuk mempercepat
tumbuhnya biofloc di dalam tambak maka perlu diberi starter. Starter floc dapat
dibuat dengan cara mengkultur bakteri pembentuk floc. Sasal satu jenis bakteri
pembentuk floc adalah Bacillus subtilis.
Banyak pilihan probiotik yang kandungan jenis bakterinya adalah Bacillus subtilis yang beredar di
pasaran bebas. Probiotik yang mengandung Bacillus
subtilis (salah satu jenis bakteri yang terkandung dalam produk)
dikembangkan dengan media tertentu yang dapat mengembangbiakkan bakteri
heterotrof.
Salah satu contoh
komposisi media yang digunakan untuk mengembangbiakkan Bacillus (oleh Fajril
Kirom, praktisi tambak dari Sumbawa) adalah tepung beras / tepung terigu 2 kg,
tepung ikan 2 kg, molase 3 liter, bibit (Bacillus
subtilis) untuk starter 4 liter, fermepan (yeast)100 gr, air steril 180
liter. Bahan-bahan seperti tepung beras/tepung terigu, tepung ikan, molase
direbus terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengembangkan bakteri.
Selanjutnya bahan yang sudah durebus dengan air steril sebanyak 180 liter
didalam wadah fermentasi kemudian diaerasi. Bila suhunya ≤ 45 °C yeast dan
starter bakteri (probiotik komersial) dimasukkan dan diaerasi 2 hari. Pemberian
aerasi (bakteri kultur) diberikan sebanyak 5 ppm setiap hari.
Pembibitan Bioflocs
secara kecil dilakukan secara in door, dalam wadah fermentasi tertentu baik
didalam drum atau bak fiber. Ke dalam air bersih (tawar atau asin) ditambahkan
pakan udang dengan konsentrasi 1%, berikut 1% nutrien bakteri yang berupa
campuran buffer pH, osmoregulator berupa garam isotonik, vitamin B1, B6, B12,
hormon pembelahan sel dan precursor aktif yang merangsang bakteri untuk
mengeluarkan secara intensif enzim, metabolit sekunder dan bakteriosin selama
fermentasi berlangsung (nutrien Bacillus
sp.) serta bibit bakteri baik dari isolat lokal atau bakteri produk komersial
berbasis Bacillus sp. yang pasti
diketahui mengandung paling tidakBacillus
subtilis, sebagai salah satu bakteri pembentuk bioflocs. Campuran diaerasi
dan diaduk selama 24-48 jam, diusahakan pH bertahan antara 6,0-7,2 sehingga
bacillus tetap pada fase vegetatifnya, bukan dalam bentuk spora dan PHA tidak
terhidrolisis oleh asam, sehingga ukuran partikel bioflocs yang dihasilkan
berukurab besar, paling tidak berukuran sekitar 100 µm (Aiyushirota).
4.2.5. Pemberian molase
Untuk mempercepat
perkembangan floc dalam tambak maka perlu tambahan karbon organik karena
pemberian pakan saat awal budidaya masih sangat sedikit. Sumber karbon yang
dapat digunakan adlah molase, tepung terigu atau tepung tapioka. Pemberian
molase sebagai sumber karbon untuk bakteri pembentuk floc diberikan dengan
dosis 50 liter per ha (setara 5 ppm) tiap minggu 2 kali pemberian.
4.3. PEMILIHAN
BENUR
Benur yang baik sangat
menentukan keberhasilan dalam budidaya. Oleh karena itu, pemilihan benur yang
bermutu harus dilakukan oleh petambak. Untuk mendapatkan benur yang baik dapat
dilakukan dengan penilaian terhadap benur. Penilaian meliputi penilaiaan
(pengamatan) secara visual,stress test,mikrokopis,mikrobiologi dan PCR.
Sebagai syarat utama
benur yang diambil secara visual harus rata, aktif/melawan arus,usus
penuh,hepatopanceras berisi makanan, penampakan tubuh bersih ,bentuk tubuh
lurus (tidak ada bengkok), antena tidak membuka. Bebas vibrio harveyi
(luminescence) dan bakteri berbahaya, bebas parasite serta penyakit lainya. Dan
yang paling penting harus bebas virus WSSV, TSV, IMNV dan IHHNV yang disertai
dengan sertifikat bebas virus tersebut.
Disampng bebas penyakit
seebaimana disyatkan diatas, benur juga harus tahan terhadap goncangan
lingkungan yang dapata diketahui dari
hasil strees test terhadap bahan kimia tertentu (formaline) atau salinitas.
4.4. PEMILIHAN
BENUR
Dalam pengangkatan benur,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan . pertama , jarak tempuh dan lamanya
dalam transportasi. Kedua, sarana transportasi yang digunakan (melalui udara
atau darat). Ketiga, ukuran PL. Keempat, waktu pengangkutan.Keempat hal
tersebut harus dipertimbangkan dengan matang untuk menentukan jumlah benur yang
bisa tertampung dalam kemasan kantong plastik, serta perlu tidaknya penurunan
suhu dalam kemasan. Dalam hal ini, petambak harus ikut berperan aktif
menentukan cara pengangangkutan yang baik agar kondisi benur tetap prima ketika
diterima ditmbak dan harapannya SR nya bisa tinggi. Untuk itu, waktu yang baik
untuk pengangkutan malam hari maka tidak perlu penurunan suhu. Bila jarak
tempuhnya jauh atau waktu perjalanya lama maka penurunan suhu dan pengurangan
kepadatan benur dalam kemasan harus dipertimbangkan. Terlebih lagi bila
menggunakan angkuta udara yang biayanya cukup tinggi maka kepadatan dan penurunan
suhu serta ukuran PL yang lebih kecil mutlak dilakukan.
Penebaran benih dilakukan
saat instensitas sinar matahati rendah (saat matahari terbenam hingga pagi
hari) dan cuaca terang ( tidak hujan). Benih dalam kantong plastik yang
tertutup diapung-apungkan dalam air tambak selama kurang lebih 15 menit .
kantung plastik diusahan terkupul disalah satu sisi atau pojo petakan tambak
dengan cara memberikan pembatas berupa tali, kayu atau bambu. Selanjutnya kantung plastik dibuka, diukur
salinitas,suhu dan pH airnya dan dibandingkan dengan suhu,salinitas dan pH air
tambak. Perbedaan suhu tida lebih daru 2oC, pH tidak lebih dari 0,5
dan salinitas tidak lebih dari promil. Selanjutnya air tambak dimasukkan
sedikit dei sedikit hingga parameter mutu air (suhu,salinitas dan pH) dalam
kantung hampir sama dengan mutu air tambak. Setelah itu, baru benur dikeluarkan
dari kantung plastik (ditebar) atau dibiar benur keluar dengan sendirinya.
4.5. PENGELOLAAN
PAKAN
4.5.1.
perkiraan kebutuhan pakan dan cara penyimpanan
Setelah tambak tebar benur, maka kebutuhan
pakan harus dihitung untuk mempermudah pemesanan pakan dan pengaturan stok
digudang. Jumlah pakan yang harus dipesa harus didasarkan pada jumlah tebar
benur, perkiraan size udang ketika penen, perkiraan survival rate dan konversi pakan atau FCR.
Misalnya benur 1.000.000
ekor, size saat panen yang dikehendaki 60 ekor per kg, survival rate 80% dan
konversi pakan 1,4. Maka kebutuhan pakan secara keeluruhan adalah
=1.000.000 x 80% 1,4 : 60
= 18.667 kg
Selanjutnya dirinci berdasarkan
kebutuhan pakan per nomor. Setidaknya ada 5 sampai 6 nomor pakan dengan bentuk,
ukuran diameter maupun panjang pellet yang diginakan selama masa budidaya
udang. Tiap pakan memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga bisa tidak sama
kebutuhan tiap nomornya untuk merk pakan yang berbeda. Untuk itu, harus
menggunakan acuan dari merk pakan masing-masing yang dibuat oleh pabrik yang
memproduksinya.
Pakan harus sudah
tersedia beberapa hari sebelum digunakan. Oleh karena itu, pemesanan harus
disusaikan dengan kebutuhan. Pakan juga tidak boleh distok terlalu lama.
Penyimpanan pakan paling lama hanya 1 bulan, tidak boleh menyimpan pakan lebih
dari jangka waktu tersebut karena akan menurunkan mutu pakan. Demikian pula
penempatan pakan dalam gudang. Pkan yang baru datang tidak boleh dicampur
dengan pakan yang lama. Pakan yang lama harus dipakai atau dihabiskan lebih
dahulu.
4.5.2
Pemberian pakan berdasarkan tabel
Pada saat awal baru
tebar, benur masih sangat tergantung pakan alami yang ada di tambak. Oleh karena
itu, penumbuhan phytoplankton terutama diatom sangat dibutuhkan untuk pakan
alami udang. Akan lebih baik lagi bila dapat ditumbuhkan zooplankton atau yang
biasa disebut kutu air (seperti rotifera, cladocera, dan copopoda).
Pakan dalam bentuk tepung
diberikan menurut kebutuhan berdasarkan perhitungan matematik dan disajikan
dalam tabel. Pemberian pakan berdasarkan perhitungan dilakukan hingga pakan di
anco dapat di kontrol. Patokan yang digunakan biasanya hingga 1 bulan. Karena
pemberian pakan berdasarkan tabel yang sudah ada maka disebut juga “blind
feeding”.
4.5.3 Kontrol
anco
Setelah udang mau naik di
anco dan mau menghabiskan pakan di anco, maka pemberian pakan harus di dasarkan
atas habisnya pakan yang diberikan di anco. Anco yang dipakai umumnya berbentuk
persegi dengan ukuran 100 x 100 cm2 atau 80 x 80 cm2.
Namun ada juga yang menggunakan anco berbentuk lingkaran dengan diameter 80 cm.
Jumlah pakan yang
diberikan dalam anco serta jumlah anco dalam petakan tambakdidasarkan atas
pengalaman dan uji coba dari para praktisi. Tambak dengan luasan 3000 – 5000 m2
biasanya menggunakan anco sebanyak 4 buah yang dipasangpada tiap sisi
pematang. Untuk tambak yang luasan lebih dari 5000 – 8000 m2 jumlah
anco yang digunakan 6 – 8 anco.
Bila udang telah mencapai
ukuran 2 gram atau lebih, maka kebutuhan pakan per hari dapat dihitung
berdasarkan perkiraan biomass udang, berat udang (MBW) serta perkiraan SR.
Semakin besar ukuran udang maka kebutuhan pakan per berat tubuh udang semakin
menurun. Kebutuhan pakan berdasarkan berat tubuh dinyatakan sebagai feeding
rate.
4.5.4. Pemberian pakan berdasarkan hasil cek anco
dan pengamatan warna usus udang
Bila udang sudah dapat
menghabiskan pakan di anco, maka pemberian pakan lebih di dasarkan atas habis /
tidaknya pakan di anco. Bila pakan di anco cepat habis maka jumlah pakan yang
diberikan berarti kurang dan harus ditambah. Bila pakan habis tetapi udang di
anco sangat banyak berarti pakan baru saja habis dan belum perlu ditambah. Bila
pakan masih ada maka pakan harus dikurangi / diturunkan.
Kadang-kadang ada
kecenderungan pakan selalu habis ketika dikontrol meskipun prosentasenya
ditambah. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi antara lain, posisi anco tidak
tepat, arus terlalu kuat sehingga banyak yang kena arus, cara pemberian pakan
di anco yang tidak benar (faktor SDM). Sebaliknya pakan di anci tidak pernah
habis meski prosentase di turunkan padahal yang lain habis. Ada beberapa
penyebab antara lain, kondisi dasar kotor banyak endapan lumpur, daerah mati
tidak ada arus sehingga oksigen rendah, anco yang berbeda (anco baru),
peletakan anco atau pemberian pakan di anco yang tidak tepat.
Kelemahan penggunaan anco
sebagai acuan dalam pemberian pakan antara lain :
-
Ketika
suhu lingkungan (air) mencapai 30°C atau lebih, pakan di anco cenderung cepat
habis. Meskipun diikuti dengan menambahkan pakan secara berlebih. Sehingga FCR
bisa tinggi bila tidak dikendalikan dengan baik. Hal ini disebabkan terjadi
over feeding yang susah dikontrol.
-
Demikian
juga pada saat suhu rendah atau udang terinfeksi penyakit. Pakan di anco
cenderung tidak mau habis. Bila diikuti maka pertumbuhan udang akan lambat.hal
i ni bisa terjadi karena pemberian pakan kurang (under feeding).
Pengamatan
warna usus
Sebagai pembanding dapat
dilakukan dengan memonitor terhadap usus udang. Udang yang makan pellet warna
ususnya coklat/ coklat muda, sedangkan bila makan pakan alami (klekap,
detritus) warna ususnya kehitaman. Bila warna usus berbeda artinya udang makan
kedua-duanya. Dalam kasus, terdapat udang yang sebagian atau seluruh usus
kosong, ada kemungkinan udang tersebut terinfeksi penyakit. Upaya meningkatkan
efisiensi pakan merupakan hal yang sangat penting, karena dapat menekan biaya.
Hampir 50% total biaya adalah untuk pakan.
Pengamatan warna usus
bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian pakan berlebihan (over feeding)
atau terlalu ketat (underfeeding). Pengamatan warna usus sebagai pembanding
pada manajemen pakan untuk udang vannamei, telah dilakukan di China dengan
menerapkan tabel yang telah dibuat oleh Universitas Katsersat. Caranya udang
dijala dan diambil 100 ekor dari beberapa tempat, kemudian diamati warna isi
ususnya sesuai dengan penjelasan di atas untuk waktu 1,1½, 2, 2½ jam setelah
pemberian pakan dan 1 jam sebelum pakan berikutnya (Ching, 2011). Hasilnya, ternyata
bisa meningkatkan efisiensi akan. Sedangkan standar untuk menentukan apakah
pakan sudah sesuai, berlebih atau kurang dapat dilihat pada tabel 8.
4.5.5. pergantian ukuran pakan
Pemberian pakan harus
disesuaikan dengan ukuran udang. Butiran pakan harus sesuai dengan ukuran capit
dan mulut udang. Bila butiran pakan terlalu besar, maka udang tidak bisa
mengambil pakan. Sebaliknya bila ukuran pakan terlalu kecil maka waktu makan
udang menjadi lebih lama. Oleh karena itu, saat tertentu harus dilakukan oplosan
pakan saat akan mengganti ukuran pakan ke nomor (ukuran) yang lebih besar.
4.5.6. Pemberian feed adiktif/ supplement
Untuk menjaga kondisi
kesehatan udang agar selalu sehat dan tidak mudah terserang penyakit maka saat
tertentu perlu ditambahkan feed supplement/ adiktif. Supplement yang sering
ditambahkan melalui pakan antara lain: vitamin, immunostimulan dan probiotik.
4.5.7. vitamin
Jenis vitamin yang
ditambahkan pada pakan udang antara lain vitamin C, E, Vitamin B kompleks,
multivitamin lengkap. Dosis pemberiannya bervariasi tergantung kandungannya dan
keperluannya caranya, vitamin dilarutkan dengan air bersih baru kemudian
dicampurkan pada pakan. Tunggu sebentar biar meresap. Vitamin C memiliki fungsi
spesifik sebagai anti stres, sedangkan vitamin E dapat meningkatkan kesuburan
dan daya tahan.
4.5.8. immunostimulan
Pemberian immunostimulan
bertujuan untuk merangsang kekebalan udang terhadap penyakit. Immunostimulan
yang umum dipakai adalah derivat dari dinding sel bakteri dan ragi
(Lipopolysaccharida, peptidoglycan, beta glucan, mannan). Masih sedikit yang
memanfaatkan derivat di dinding sel algae (fucoidan). Dosisnya berbeda-beda
tergantung jenisnya. Setiap perusahaan yang memproduksi immunostimulan memiliki
aturan pemekaian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus ada aturan yang
jelas, termasuk hasil uji cobanya. Ada dosisnya 1 gr/kg pakan dan ada yang 1-2
ml/kg pakan sedangkan waktu pemberian dilakukan di awal hingga menjelang panen,
ada yang 1 minggu diberi 1 minggu tidak, ada yang tiap hari, ada yang selang 2
hari, dan lain-lain. Oleh karena itu, harus diperhatikan petunjuk yang ada pada
kemasan atau brosur obat.Sebagian lagi dengan memanfaatkan seperti ekstrak
herbal, meniran, kunyit, bawang putih, temulawak, kencur, mengkudu, dan
lain-lain.
4.5.9. lain-lain
Bahan lain yang
dicampurkan melalui pakan antara lain minyak cumi, minyak ikan sebagai daya
tarik (attractan), sekaligus sumber asam lemak tidak jenuh dan perekat.
4.5.10. penambahan karbon organik melalui pakan
Penggunaan karbon organik
(tepung kanji), tetes atau grain pellet untuk menambah sumber karbon untuk
meningkatkan nilai C/N ratio pakan.Pada umumnya pakan yang digunakan untuk
budidaya yang menerapkan teknologi biofloc kandungan proteinnya berkisar 32-38
%. Hal ini sangat berpotensi menghasilkan amonia yang dilepas ke dalam air.
Karbohidrat ditambahkan di dalam pakan dengan tujuan untuk mencegah/
menetralkan amonia. Jumlah karbohidrat (dengan kandunagn C 50 %) untuk
kandungan protein 32-38 %.
4.5.11. floc sebagai makanan tambahan
Floc memiliki niali gizi
yang cukup baik tetapi masih kurang lengkap. Oleh karena itu floc boleh
dimanfaatkan sebagai makanan tambahan. Untuk memanfaatkan floc sebagai makanan
dapat dilakukan dengan memotong jumlah pakan yang diberikan pada udang pada
saat-saat floc dalam tambak cukup pekat. Dengan cara demikian maka penggunaan
pakan lebih efisien.
4.6. PENGELOLAAN
AIR DENGAN SISTEM FLOC
Sistem pengelolaan air
dalam budidaya udang ada beberapa macam salah satunya adalah dengan sistem
floc. Sistem ini merupakan pengembangan dari penerapan dari teknik pengolahan
limbah yang biasa disebut “lumpur aktif”.sistem ini memiliki keuntungan antara
lain, tidak perlu banyak ganti air (sedikit ganti air), tidak tergantung
kondisi air di luar (biosecurity lebih ketat), tidak tergantung oleh cuaca
(sinar matahari), dan teknologi ini ramah lingkungan (limbah didaur ulang
menjadi makanan tambahan berupa floc). Beberapa perlakuan yang harus dilakukan
untuk membentuk floc dan cara pemeliharaannya agar mutu air stabil.
4.6.1. pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk
menambah mineral (zat hara) tertentu untuk kebutuhan pengembanagn plankton yang
menguntungkan. Disamping itu, pemupukan juga diharapkan mengendalikan plankton
merugikan (blue green algae, dinoflagellata) dan merangsang pengembangan
bakteri pembentuk biofloc. Floc bakteri lebih menghendaki C/N ratio 12 (ideal
15-20). Sementara N/P rasio lebih dari 20. Green algae dan diatom menghendaki
nilai N/P ratio 20-30 : 1. Bila N/P ratio kurang dari 10 maka blue green algae
dan dinoflagellata akan mudah berkembangbiak. Beberapa jenis plankton tersebut
bila P tinggi dan N rendah berarti N sebagai faktor pembatas, maka plankton
tersebut akan menggunakan N dari udara. Jenis pupuk N yang digunakan sebaiknya
dalam bentuk amonium misalnya ZA, NPK. Dosis dan caranya sudah diuraikan.
Jangan gunakan urea untuk mencegah dominasi blue green algae. Sekali lagi,
penggunaan urea untuk menambah unsur N tidak disarankan. Blue green algae (BGA)
merupakan plankton yang menghasilkan enzyme urease sehingga dapat menggunakan
urea secara langsung. Penggunaan pupuk urea dikhawatirkan akan merangsang
perkembangan BGA di dalam air tambak.
4.6.2. pemberian starter biofloc
Starter biofloc diberikan
sejak persiapan air setiap pagi hari dengan dosis 5 ppm. Pembuatan starter
biofloc yang berasal dari produk probiotik komersial yang dapat menghasilkan
biofloc juga telah diuraikan di atas. Untuk menunjang perkembangan biofloc maka
aerasi dan pengadukan harus cukup agar bahan organik teraduk dalam kolom air
dan diurai oleh bakteri heterotrof aerob dan membentuk biofloc. Namun
pembentukan biofloc perlu waktu yang cukup
karena pada awal budidaya pakan yang digunakan masih sedikit.
Pemberian starter biofloc
dapat dikurangi dosis atau frekuensinya bila biofloc sudah cukup pekat. Bila
biofloc sudah terbentuk maka pH air cenderung menurun atau lebih rendah daripada pH air laut dan goncangan pH
pagi-sore sangat rendah atau kurang dari 0,3. Kepekatan biofloc bila diukur
dengan secchi dish kecerahannya berkisar 10-20 cm saja.
4.6.3.
pemberian karbon organik
Pemberian karbon organik
(molase, tepung terigu, tepung tapioka) berfungsi untuk meningkatkan total
karbon organik yang dapat memacu pekembangan biofloc. Karbon organik molase
dapat diberikan dengan dosis 5 ppm tiap 3 hari sekali untuk meningkatkan nilai
C/N ratio dan memacu perkembangan mikroba termasuk bakteri pembentuk floc. Pemberian
karbon organik molase disesuaikan dengan pH air, total organik karbon serta
kandungan nitrogen anorganik (amonia, nitrit, nitrat). Pemberian karbon akan
mempercepat perkembangbiakan bakteri sehingga CO2 dalam air
meningkat dan pH, pH dan alkalinitas menurun. Pemantauan pH dan alkalinitas
harus dilakukan secara rutin. pH dan alkalinitas yang rendah akan menyebabkan
pembentukan kulit terhambat (lama).
4.6.4. perlakuan kapur
Efek perkembangan biofloc
adalah penurunan alkalinitas secara terus-menerus serta penurunan pH. Perlakuan
pengapuran harus dilakukan secara rutin tergantung dari alkalinitas dan pH.
Dosis pengapuran berkisar 10-20 ppm dan dilakukan tiap 7 hari sekali saat awal
dan semakin sering (hingga 3 hari sekali) setelah udang mencapai 2 bulan atau
lebih. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur tohor Ca(OH)2 yang
terlebih dahulu dilarutkan dalam air, kemudian ditebar secara merata. Perlakuan
dengan kapur tohor bila tujuannya untuk meningkatkan pH berkisar 10 ppm.
Sedangkan jenis kapur yang digunakan untuk meningkatkan alkalinitas adalah
kaptan (kapur pertanian) atau dolomite dengan dosis 10-15 ppm. pH air harus
dijaga paling rendah 6,8 dan sore 7 dan
alkalinitas diusahakan lebih dari 60 ppm terutama setelah kolom air didominasi
biofloc.
4.7. PEMANTAUAN
KONDISI KESEHATAN UDANG DAN LINGKUNGAN SERTA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT
Kejelian dalam memantau
kondisi kesehatan udang oleh para teknisi
atau pembudidaya sangat diperlukan. Hal ini sangat penting kaitanya dengan
adanya serangan penyakit dan cara penanggulangan. Bila terlambat mengetahui
bahwa udang sudah terserang penyakit maka bisa berakibat fatal atau gagal
produksi.
4.7.1 pemantauan
kesehatan udang
Pemantauan kesehatan
uadang dapat dilakukan secara langsung dilapangan maupun melalui pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan kondisi kesehatan udang secara langsung dilapangan
meliputi :
-
Pemantauan
terhadap nafsu makan udang-udang
Udang yang sehat memiliki
nafsu makan yang kuat. Sebaliknya bila strees atau sakit maka nafsu makanya
menurun. Bila nafsu makanya menurun harus diperiksa parameter mutu air (osigen,
amonia, pH, plankton, suhu, bakteri vibrio, dll), serta ambil sample udang untuk
diperiksa dilaboratorium. Kejadian moulting masal juga bisa meyebabkan nafsu
makan menurun. Demikian juga perlakuan tertentu yang meyebabkan goncangan mutu
air.
-
Pengamatan
terhadap hepatopancreas maupun usus udang
Pengamatan kondisi
hepatopancreas maupun udang biasanya dilakukan saat kontrol anco. Udang yang
sehat hepatopancreas penuh dan ususnya berisi penuh sampai kebelakang.
Pengamatan yang lebih baik adalah dengan menjala udang ditambak kira-kira 2-3
jam setelah pemberian pakan. Uadang yang tertangkao diamati hepatopancreas dan
ususnya. Selanjutnya udang yang pencernaanya kosong atau berisi tapi sedikit
dihitung prosentasenya.
-
Pengamatan
terhadap kotoran udang
Udang yang sehat kotornya
tebal dan panjang. Berwarna coklat atau kehitaman tergantung dari yang dimakan.
sedangkan udang yang sakit atau ada gejala sakit kotoranya pendek, mudah
hancur, atau keputih-putihan. Bila udang makan pelet, warna hepatopancreasnya
kecoklatan. Sedangkan bila makan ditritus didasar warna akan kehitaman. Bila
makan lumut atau blue green (Sprirulina) maka warnanya hijau dan bila makan
cacing warnanya kemerahan. Kadang-kadang ditemukan kotoran udang yang berwarna
pitih mengambang dipermukaan air. Ini biasanya kotoran udang yang sakit dan
tidak mau makan.
-
Pengamatan
terhadap kondisi tubuh udang
Pengamatan kondisi tubuh
udang meliputi bagian permukaan tubuh udang. Udang yang sehat permukaan
tubuhnya bersih, mengkilat dan licin. Sedang udang yang kurang sehat, tampak
kusam, ada penempelan dan tidak bersih. Penampakan warna yang tidak normal
sepaerti ada bercak hitam, bercak putih, warnanya kemerahan menunjukan bahwa
udang ada masalah (kemungkinan terserang penyakit)
-
Serta
tingkah laku udang ditambak
Sebagai hewan nocturnal
maka udang aktif didasar atau keluar pada malam hari. Adanya udang yang
berenang dipermukaan pada siang hari, atau menempel ditepi pematang menunjukan
bahwa udang tidak sehat. Demikian juga bila udang konvoi (berenang dalam jumlah
banyak) berarti udang dalam masalah. Sedangkan pemeriksaan kesehatan di
laboratorium meliputi pemeriksaan parasit (ektocomensal), bakteri yang menempel
di permukaan tubuh, kondisi insang udang (adanya protozoa) hepatopancreas udang
(adanya vibrio terutama vibrio harveyi). Pemeriksaan PCR bila diperlukan.
4.7.2.
sampling
Sampling adalah kegiatan
rutin yang dilakukan dalam budidaya dengan cara menangkap udang sebagian untuk
ditimbang dan diperiksa sehingga bisa mendapatkan gambaran kondisi udang
didalam tambak yang meliputi pertumbuhan udang serta kondisi kesehatan udang.
4.7.3.
pemantauan pertumbuhan
Untuk mengetahui
pertumbuhan udang, maka udang di tangkap dengan jala kemudian dilakukan
penimbangan, selanjutnya jumlah udang di hitung dan berat rata-rata udang dapat
diketahui. Berat rata-rata udang dibandingkan dengan berat rata-rata pada sampling
sebelumnya sehingga diketahui pertumbuhan rata-rata per hari atau ADG (Average Daily Growth). Bila nilai
ADG antara 0.17 – 0,2 gr per hari berarti cepat dan bila antara 0,13 – 0,15
berarti lambat dan bila kurang dari 0,12 berarti pertumbuhan jelek.
Udang yang sehat memiliki
pertumbuhan yang baik yaitu 0,17 atau lebih. Tetapi udang yang kurang sehat
atau kondisi lingkungannya yang kurang baik maka pertumbuhannya akan
lambat. Pertumbuhan yang lambat juga
erat hubungannya dengan mutu pakan.
4.7.4. Pemantauan
kesehatan secara visual
Udang yang tertangkap
saat sampling, harus diamati kondisi tubuhnya, sebagaimana juga dilakukan saat
pemantauan harian. Pengamatan terhadap kelincahan udang, dan perubahan warna
akibat perlakuan sampling. Biasanya udang yang kurang sehat warnanya cepat
menjadi pucat dan cepat menjadi kram pada beberapa ekor udang. Bila kekurangan
oksigen atau dasar kotor kaki udang akan berwarna kemerahan dan warna daging
udang akan cepat pucat (putih opaque). Bila bagian kulit udang (chitin) ada
bercak atau garis-garis hitam yang biasa dinamakan scrath biasanya kandungan
vibrio dalam air cukup tinggi.
4.7.5.
Pemantauan kesehatan secara laboratorium
Disamping dilakukan
pengamatan visual dilapangan maka beberapa ekor udang yang diduga ada masalah
perlu dilakukan pengamatan secara laboratorium. Laboratorium mini sangat di
perlukan dalam tambak udang. Terlebih lagi bila menerapkan teknologi biofloc.
Pemeriksaan kesehatan udang yang dapat dilakukan dalam laboratorium mini antara
lain:
- Pengamatan bagian ingsang
udang
- Isi usus udang
- Bagian hepatopancreas
- Serta bagian kaki renang
dan uropod (ekor udang)
Dari pengamatan terhadap
ingsang, kaki dan ekor udang dapat diperoleh hasil seperti adanya perubahan
warna (pigmentasi) menjadi kehitaman (melanisasi) atau kemerahan, organisme
penempel/epicommensal (protozoa, jamur, algae, dan bakteri filament). Isi usus
dan hepatopamcreas bisa diperoleh adanya kandungan vibrio (dengan media TCBS)
atau baculovirus dengan pewarnaan MG dan diamati di bawah mikroskop.
4.7.6.
Perlakuan
Perlakuan diberikan bila
terdapat suatu masalah baik udang maupun lingkungannya. Perlakuan terhadap
lingkungan (air dan dasar) dapat berupa perlakuan fisik ( Penambahan kincir,
ganti air, sifon) ,perlakuan kimiawi (pengapuran, pemupukan, molase maupun
desinfektan )serta perlakuan biologi dengan memberikan probiotik dan tranfer
plankton yang menguntung. Semua perlakuan tersebut bertujuan untuk memperbaiki
kondisi mutu air agar udang meliputi pemberian immonostimulant, vitamin, minyak
cumi, probiotik, herbal (jamu) diberikan dengan tujuan untuk menjaga agar
kondisi udang tetap sehat dan tidak mudah terserang penyakit.
Penggunaan segala jenis
antibiotik telahdilarang karena akan berdampak pada mutu udang yang dihasilkan.
Pemeriksaan antibiotik oleh pihak pembeli diluar negeri sangat ketat, yaitu
dengan menggunakan alat yang disebut LC MS/MS yang dapat membaca kandungan
antibiotik maupun residunya hingga 1 ppb
( atau 1 mg obat per ton udang). Oleh karena itu, menjaga esehatan udang jauh
lebih penting dari pada mengobati
4.8. PANEN
UDANG
Pada umunya budidaya
udang dilakukan hingga 4 bulan atau 120 hari. Namun demikian ada juga yang
melakukan panen lebih dari 4 bulan dan ada pula yang kurang dari 4 bulan dengan
alasan-alasan tertentu.
4.8.1.
Penentuan panen
Panen udang dilakukan
dengan pertimbangan umur (umurnya sudah mencapai 120 hari0, harga (kondisi
harganya sesuai atau harga udang mau turun), size udang (size tertentu memiliki
harga bagus), atau panen karena faktor penyakit (panen belum waktunya). Sebelum
pelaksanaan panen, petambak harus mencari pembeli udang untuk negosiasi harga.
Bila sudah ada kesempatan baru panen dilaksanakan. Waktunya ditentukan oleh
pembeli.
4.8.2
Persiapan panen
Yang perlu disiapkan
berkaitan dengan pelaksanakan penen udang antara lain :
-
Persiapan
tenaga
Jumlah tenaga harus
mencukupi, seimbang dengan jumlah tonase udang, jumlah tenaga panen harus
sesuai dengan jumlah tenaga bagian sortir. Bila tenaga panen terlalu sedikit
maka proses panen akan berjalan lambat dan mutu udang akan menurun. Sebaliknya
bila tenaga panen mencukupi tetapi tenaga sortirnya kurang maka akan terjadi
penumpukan udang yang sudah diangkat dari kolam, sehingga ada kemungkinan udang
menjadi rusak karena keterlambatan penanganan.
-
Persiapan
panen
Alat panen harus
disiapkan, pastikan bahwa alat panen harus selalu dalam keadaan bersih sebelum
digunakan. Peralatan yang digunakan untuk panen antara lain : alat tangkap
(jala kurung/jaring kondom,jaring listrik atau mini trawl, jala lempar, sudu/sotok.dll),
alat pengangkur (wadah drum plastik, keranjang, dan lain-lain),timbangan untuk
menimbang udang dan tempat penampungan air bersih dan es. Sedang meja sortir,
keranjang untuk sotir dan penimbangan , meja stainless steel, es serta
kebutuhan untuk pengemasan dan pengangkutan biasanya dipenuhi oleh pihak
pembeli.
-
Persiapan
tempat penyortiran
Tempat sortir harus
dibersihkan sebelum digunakan untuk kegiatan untuk kegiatan sortir/panen.
Tempat sortir harus disemprot air sampai bersih kemudian disiram chlorine agar
steril. Di biarkan kering dan menjelang digunakan dibilas lagia dengan air
bersih.
-
Persiapan
air bersih
Untuk pencucian udang
hasil panen, perlu dilakukan dengan menggunakan
air bersih yang layak sebagai bahan baku air minum. Tidak mengandung logam
berat (Cd, Hg, Pb, As), bahan pencemar (detergen, pestisida/insectisida), dll.
Demiakian juga dengan mutu es nya. Bahan baku es nya harus layak sebagai bahan
baku air minum.
-
Persiapan
es, Transportasi, tenaga sorting dan packing
Pihak pembeli biasanya
menyiapkan es untuk pengemasan udang berikut mobil truk untuk transportasi
serta tenaga sortir dan packing.
4.8.3.
Pelaksanaan panen
Pelaksanaan panen harus
dilakukan saat cuaca tidak panas. Jadi sebaiknya mulai pada sore hari menjelang
matahari tenggelam hingga pagi hari, karena udang akan cepat rusak. Mula-mula
air dikurangi secukupnya. Udang yang tertangkap dimasukan ke dalam wadah
kantong atau keranjang yang di beri tutup dan selanjutnya diangkut dan di bawa ke
tempat sortir. Bila kostruksi tambaknya bagus maka udang akan habis bersamaan
dengan habisnya air. Tetapi bila konstruksinya tidak bagus, air kolam
dikeluarkan dengan menggunakan pompa. Bersamaan dengan itu, udang ditangkap
dengan menggunakan alat tangkap sudu,
jala listrik, trawl, atau jala lempar hingga udang habis dan tambaknya kering.
4.8.4
penanganan udang
Udang yang diangkut dari
tambak, sebaiknya di tempat sortir dilakukan pencucian dengan menggunakan air
bersih. Udang dibersihkan dan dipisahkan dari kotoran selanjutnya dipisahkan
antara udang yang baik, moulting undersize dan ditaruh dalam keranjang.
Selanjutnya dilakukan penimbangan (dan penelupan obat). Dan udang langsung
dimasukan dalam bak viber serta di beri es secukupnya.
0 comments:
Post a Comment
Mohon Saran dan Kritik yang membangun, terima kasih ...